Peluang Industri Obat Herbal Sangat Menjanjikan

14-03-2019 / KOMISI VI
Anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI ke Bandung, Jawa Barat. Foto: Dep/rni

 

Gaya hidup masyarakat di masa depan diprediksi akan lebih mengarah pada pola hidup yang healthy dan natural. Seiring dengan hal itu, kecenderungan masyarakat dalam mengkonsumsi obatpun akan ikut terpengaruh untuk lebih memilih obat-obatan jenis herbal dibandingkan dengan obat kimia.  Dan secara progres ke depan, industri obat herbal dinilai memiliki peluang ekonomi yang sangat menjanjikan.

 

“Khasiat obat herbal juga sama dengan obat-obatan lainnya. Dan Indonesia termasuk negara yang memiliki alam yang paling baik untuk tumbuh kembangnya (bahan baku) obat-obat herbal ini," ujar Anggota Komisi VI DPR RI Gde Sumarjaya Linggih saat mengikuti Kunjungan Kerja Spesifik Komisi VI DPR RI ke Bandung, Jawa Barat, Rabu (13/3/2019).

 

Ia menyampaikan, jika berbicara pengobatan di masa depan, maka tidak lepas dari masalah natural. Yang artinya, orang akan lebih banyak berbicara mengenai herbal. “Di Indonesia,  matahari bersinar sepanjang tahun dan memiliki cuaca yang bagus untuk tumbuhnya pepohonan yang nantinya bisa dijadikan sebagai bahan dasar dari produk herbal," jelasnya.

 

Politisi Fraksi Partai Golkar itu meyakini bahwa PT. Biofarma (Persero) dan PT. Kimia Farma (Persero) Tbk mempunyai potensi yang sangat luar biasa, baik sebagai perusahaan multinasional maupun perusahaan yang bisa go public internasional.

 

"Kami melihat bahwa kedua perusahaan tersebut mempunyai resources serta sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup baik. Tinggal sekarang riset dan development-nya lah yang harus segera dibantu dan diberikan pendanaan melalui sinergitas BUMN," tuturnya.

 

Ia menyatakan, apabila industri obat herbal itu berkembang, maka akan ikut menguatkan sektor perdagangan dengan luar negeri. “Dengan demikian neraca perdagangan kita bisa semakin membaik. Selain itu, tentu hal ini juga akan menjadikan pengiritan devisa serta dapat membantu mengurangi anggaran terhadap kesehatan, termasuk anggaran BPJS," tandasnya.

 

Menurutnya, selain hal itu akan menguntungkan pihak perusahaan, tetapi juga membuat kualitas hidup orang Indonesia menjadi lebih baik karena lebih sehat. "Bisa dikatakan human development kita bisa lebih baik. Oleh karenanya perlu dibantu untuk ditumbuhkembangkan masalah herbal ini oleh Kimia Farma maupun Biofarma," imbuh legislator dapil Bali itu.

 

Di sisi lain, Gde Sumarjaya merasa sangat miris dengan kondisi masih banyaknya bahan baku obat produksi PT Biofarma dan Kimia Farma yang di impor dari luar negeri. “Ini menjadi anomali di negeri kita. Maka kita harus segera mengembangkan herbal yang akan menjadi tren dunia, dan secepatnya membuat keputusan bersama tentang sinergitas. Sebab potensi yang kita miliki sangat besar, oleh karenanya hal ini tidak bisa ditunda-tunda lagi," tegasnya. (dep/sf)

BERITA TERKAIT
Asep Wahyuwijaya Sepakat Perampingan BUMN Demi Bangun Iklim Bisnis Produktif
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir berencana akan melakukan rasionalisasi BUMN pada tahun 2025. Salah...
147 Aset Senilai Rp3,32 T Raib, Komisi VI Segera Panggil Pimpinan ID FOOD
09-01-2025 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) mengungkapkan raibnya 147 aset BUMN ID Food senilai Rp3,32 triliun. Menanggapi laporan tersebut,...
Herman Khaeron: Kebijakan Kenaikan PPN Difokuskan untuk Barang Mewah dan Pro-Rakyat
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen akan mulai berlaku per 1 Januari 2025. Keputusan ini...
Herman Khaeron: Kebijakan PPN 12 Persen Harus Sejalan dengan Perlindungan Masyarakat Rentan
24-12-2024 / KOMISI VI
PARLEMENTARIA, Jakarta - Anggota Komisi VI DPR RI Herman Khaeron menyoroti pentingnya keberimbangan dalam implementasi kebijakan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai...